Dari Jilbab Day Salman MM Teknik Unsoed
‘Nganggo Kudung Li Lewih Ayu’
PURBALINGGA, Ratusan ibu dan remaja putri Desa Blater dan Sidakangen antusias mengikuti ‘Jilbab Day’ yang digelar Salam Persaudaraan Mahasiswa Muslim (Salman MM) Jurusan Teknik Fakultas Sains dan Teknik Unsoed, Minggu (15/9). Kegiatan sosialisasi dirangkai dengan pemberian jilbab gratis ini juga dihadiri Wakil Ketua TP PKK Kabupaten Purbalingga, Ny Erna Sukento RM.
“Kegiatan ini sudah dimulai sejak seminggu lalu dengan mewajibkan para mahasiswa muslimah di kampus menggunakan jilbab selama sepekan. Kami juga mengumpulkan jilbab layak pakai dari teman-teman sekampus untuk diberikan kepada para ibu dan remaja putri di dua desa ini,” ujar Ketua Panitia Susi Anggaeni.
Salah satu pembicara, Selly Dewi P mengawali sosialisasinya dari sisi syar’I dengan berinteraksi dengan para peserta. Salah satu peserta dari Desa Blater, Rumiyati menceritakan awal mula dirinya berhijrah dan menutup aurat dengan jilbabnya, ketika ditanya Selly.
“Awalnya saya ragu-ragu. Trus teman saya bilang ke saya, ‘Nganggo kudung li mengko dadi keton ayu,’ jadi saya ya memutuskan berjilbab,” tuturnya polos disambut gelak tawa ibu-ibu yang hadir di salah satu ruang di Kampus Unsoed Blater itu.
Tak hanya menunjang penampilan, menurut Selly, jilbab memang diwajibkan bagi muslimah untuk memuliakannya. Selly juga mengungkapkan dengan berjilbab, seorang muslimah harus lebih menjaga akhlak dengan sesama manusia dan juga akhlaknya terhadap Allah Sang Pencipta.
Pembicara lain, Eri Wahyuningsih SKed MKes mengatakan jilbab yang membalut tubuh juga sangat bermanfaat bagi kesehatan. Kulit perempuan yang relatif lebih tipis dan memiliki jumlah pigmen yang mudah terserang kanker kulit, sangat dianjurkan senantiasa ditutup dengan jilbab.
“Jilbab itu seperti tabir surya yang melindungi kulit dari sengatan matahari siang, sekaligus melindungi kulit dari dinginnya malam,” jelasnya.
Sebelum kegiatan Jilbab Day berlangsung, Wakil Ketua TP PKK Kabupaten Ny Erna Sukento mengatakan seorang muslimah jangan [ernah ragu berjilbab meski merasa akhlaknya belum baik. Justru dengan jilbab itu, akan memacunya untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
“Jilbab itu simbol kebaikan. Jangan nodai simbol kebaikan denan akhlak buruk. Sebaliknya jangan ragu berjilbab, karena jilbab ibarat rem ketika kita akan melakukan kemaksiatan,” ungkapnya dalam sabutan pembukaan di depan masyarakat Blater dan Sidakangen, termasuk diantaranya para Ibu Ketua TP PKK kedua desa atau para istri kades dua desa itu. (cie)